Tahukah Anda? Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh organisasi asal Belanda The Ocean Cleanup, Ternyata 1000 sungai di dunia bertanggung jawab atas 80% polusi sampah plastik lautan dunia. Fakta bahwa sungai adalah sumber utama dari polusi sampah plastik di laut telah mendorong Boyan Slat, pemuda berusia 25 tahun yang mendirikan The Ocean Cleanup, berinovasi untuk mencegah sampah plastik yang ada di sungai agar tidak memasuki lautan. Pada 26 Oktober 2019 lalu di Rotterdam, The Ocean Cleanup akhirnya meluncurkan proyek rahasia mereka bernama The Interceptor™, sebuah mesin terapung serupa perahu yang memanfaatkan aliran sungai untuk menangkap dan memilah sampah plastik.
Sebelum meluncurkan The Interceptor™ yang berfokus pada pembersihan sungai, The Ocean Cleanup telah meluncurkan System 001 pada tahun 2018 yang kemudian diperbarui menjadi System 001/B pada tahun 2019. Keduanya adalah alat berbentuk U raksasa yang terapung di laut dan bergerak memanfaatkan laju alami ombak, serta berfungsi menangkap sampah-sampah plastik di lautan dan membawanya ke tepi pantai.
Kumpulkan 50 Ton Sampah per Hari
“Untuk benar-benar menghilangkan plastik di lautan, kita perlu membersihkan laut sekaligus menutup keran untuk mencegah lebih banyak plastik mencapai lautan. Kami menggabungkan teknologi pembersih laut kami dengan The Interceptor sebagai solusi untuk mengatasi masalah dari dua sisi.” Ujar Boyan Slat. Menurutnya, The Interceptor™ adalah metode scalable pertama untuk mengumpulkan plastik di sungai sebelum mencapai lautan, artinya kinerja mesin ini terukur dan mudah untuk dikembangkan. Mesin ini mampu mengekstraksi 50.000kg sampah per hari, bahkan hingga 100.000kg per hari dalam kondisi optimal.
Saat ini ada empat mesin The Interceptor™ yang telah dibangun oleh The Ocean Cleanup. Dua di antaranya telah beroperasi secara penuh di Jakarta (Indonesia) dan Klang (Malaysia), sementara dua sisanya akan dioperasikan di Can Tho (Vietnam) dan Santo Domingo (Republik Dominika). Thailand dan Amerika Serikat pun telah terdaftar sebagai tempat beroperasi The Interceptor™ di waktu mendatang.
Cara Kerja The Interceptor™
The Interceptor™ bekerja dengan cara mengekstrak sampah-sampah plastik yang terbawa aliran sungai dan masuk melalui mulut mesin. Sampah-sampah tersebut kemudian didistribusikan lewat sabuk konveyor ke dalam enam kantong sampah besar. The Interceptor™ akan membawa seluruh sampah tersebut ke tepi sungai untuk diangkut ke tempat penampungan sementara, kemudian dipilah dan didaur ulang agar jumlah sampah yang diangkut ke TPA lebih sedikit.
Mesin ini didesain ramah lingkungan dengan menggunakan baterai lithium-ion yang memanfaatkan 100% tenaga matahari dan mampu beroperasi sepanjang waktu tanpa menimbulkan bising maupun asap. The Interceptor™ tidak mengganggu kapal lain di sungai atau menghalangi pergerakan satwa liar. Sebuah sistem komputer terintegrasi yang tersambung melalui internet dapat membantu pengguna memantau kinerja sistem, penggunaan energi dan kondisi mesin. Boyan Slat menargetkan untuk bisa menangani 1000 sungai-sungai paling tercemar di dunia pada tahun 2025.
“Kami berencana untuk mengoperasikan sistem pembersih laut kami di 5 garbage patch (pulau sampah raksasa di tengah samudera), sekaligus mengoperasikan The Interceptor™ di 1000 sungai paling tercemar di dunia. Saya tahu ini terdengar seperti ambisi gila, tetapi saya tidak tahu cara lain yang lebih cepat dan mudah untuk masalah kita saat ini.” Ungkap Boyan.
The Interceptor™ pertama telah beroperasi di aliran Cengkareng Drain di Jakarta sejak tahun 2016. Proyek ini merupakan hasil kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan Kerajaan Belanda yang melibatkan Boyan dan The Ocean Cleanup. Tergabung di dalam riset ini adalah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BBWS Ciliwung-Cisadane, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Dinas Lingkungan Hidup Pemda DKI Jakarta dan Danone-AQUA. Kerja sama ini merupakan salah satu langkah menuju penerapan ekonomi sirkuler dalam bisnis maupun kehidupan sehari-hari yang mencakup penggunaan sumber daya yang bijak serta minim limbah.