Pengurangan CO2

Olah Sampah Plastik, AQUA Raih Penghargaan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan


published on April 17, 2017

Plastik merupakan tantangan bagi masa depan kelestarian lingkungan.  Saat ini diperkirakan 150 juta ton sampah plastik tersebar di lautan. Jumlah ini tentunya tidak akan berkurang dengan sendirinya. Menurut laporan “The New Plastics Economy” dari  Ellen MacArthur Foundation (https://www.ellenmacarthurfoundation.org/publications/the-new-plastics-economy-rethinking-the-future-of-plastic), pada tahun 2050 jumlah berat sampah di lautan akan melampaui jumlah total populasi ikan. Data tersebut mengilustrasikan bahwa saat ini empat truk sampah penuh plastik dibuang ke laut setiap menitnya.

Bagi industri, termasuk AQUA, kemasan merupakan komponen penting untuk menjaga nutrisi dan kualitas produk hingga sampai ke tangan konsumen. Namun, kemasan plastik yang tidak dikelola dengan baik tentunya berpotensi menjadi sampah yang dapat mencemari lautan.  Terkait dengan pengelolaan sampah plastik, berbagai pihak seperti pemerintah, swasta, dan masyarakat memiliki peran dan tanggung jawab yang sama penting.

Menjalankan Kebijakan Kemasan Danone untuk Memastikan Terciptanya Siklus Hidup Baru

AQUA sebagai pelopor dalam industri Air Minum dalam Kemasan (AMDK) selalu berupaya untuk meminimalisir dampak negatif dari kemasan produk. Merujuk pada Kebijakan Kemasan Danone, AQUA berkomitmen dalam mendukung ekonomi sirkular tentang kemasan dengan menggunakan bahan baku yang berkelanjutan sehingga dapat menciptakan siklus hidup baru bagi plastik.

Sebagai bagian dari unit bisnis Danone, AQUA melakukan langkah bertahap untuk mengadopsi lima komitmen Danone untuk mewujudkan ekonomi sirkular.  Terkait dengan komitmen pertama yaitu menggunakan sumber daya yang berkelanjutan, Danone telah membangun aliansi dengan perusahaan riset dan consumer goods lain. Aliansi tersebut berupa penelitian tentang kemasan botol plastik yang 100% berbahan dasar dari sumber daya yang berkelanjutan.

Terkait dengan komitmen kedua yaitu optimalisasi berat kemasan, AQUA secara bertahap mengurangi bobot kemasan serta menghilangkan segel plastik dari seluruh lini produk untuk mewujudkan kemasan yang 100% didesain secara sirkular. AQUA juga menerapkan sistem tukar galon kosong dan proses regrain untuk mendaur ulang kemasan galon yang tidak layak pakai. AQUA memastikan agar seluruh komponen kemasan produk dapat didaur ulang dengan mengganti bahan baku PVC untuk label produk SPS dengan BOPP.

Komitmen ketiga untuk meniadakan sampah plastik industri sampai ke tempat pembuangan akhir (TPA) diwujudkan AQUA dengan  membangun sistem untuk memastikan tracebility serta menciptakan siklus hidup baru bagi sampah yang dihasilkan selama proses produksi (post-production). AQUA juga mengembangkan bank sampah di tingkat sekolah sebagai bagian dari pemenuhan komitmen keempat yaitu untuk memudahkan konsumen dalam menggunakan kemasan serta edukasi pemilahan dan pendauran ulang sampah kemasan.

Untuk memenuhi komitmen kelima dalam menciptakan siklus baru sampah plastik kemasan, AQUA juga menginisiasi Recycling Business Unit (RBU) pada tahun 2010 di Tangerang Selatan. RBU AQUA mempekerjakan lebih dari 44 pegawai yang seluruhnya mendapatkan jaminan kesehatan BPJS untuk mengumpulkan sampah botol plastik, membersihkan, dan mengelola sampah tersebut menjadi cacahan plastik (flakes). Produksi cacahan plastik dalam satu tahun mencapai 900 ton untuk kemudian dijual pada pelaku industri daur  ulang dan diolah menjadi bahan baku produk baru seperti benang tekstil, kaos, dakron, geotekstil, tali pengikat, dan sebagainya. “RBU dibangun dengan model sosial bisnis untuk menarik sampah botol plastik untuk didaur ulang”, jelas Karyanto Wibowo, Direktur Sustainable Development Danone Indonesia. “Dengan demikian siklus hidup plastik tidak berhenti ketika konsumen membuang botol itu, tetapi berlanjut menjadi barang kreatif lainnya,” tambahnya. 

AQUA juga bekerja sama dengan PT. Namasindo PLAS Indonesia untuk membangun RBU di Tohpati, Kota Denpasar untuk meningkatkan kapasitas pengelolaan sampah. Menyusul pada tahun 2011, AQUA juga mendirikan RBU Pantai Lepang, Kabupaten Klungkung. Kedua RBU ini telah memproduksi 400 Ton flakes setiap bulannya. Pada tahun 2013, kedua RBU dialihkan ke Bali PET. AQUA sendiri masih berkontribusi untuk pembiayaan kesehatan pemulung dan karyawan di kedua RBU. Sementara di Bandung, jaringan mitra AQUA juga membangun RBU yang mengelola sampah botol kemasan hingga 6000 Ton/tahun.

Ambisi AQUA untuk meningkatkan kapasitas pengumpulan sampah botol plastik juga mendorong ekspansi jaringan pengumpulan sampah di Bogor dan Jakarta. Melalui kerja sama dengan CV Maximum dan dukungan Pemda Kota Bogor, AQUA menginisiasi pembentukan Bank Sampah Induk yang berperan dalam mengumpulkan sampah kemasan botol plastik dari 12 bank sampah berskala kecil dan TPS3R yang berada di Kota Bogor untuk dibawa ke RBU di Tangsel. Hingga akhir tahun 2016, sampah botol plastik yang dibawa ke RBU Tangsel telah mencapai 7 ton.

RBU juga mendapatkan 13 ton botol plastik dari Bank Sampah Induk Jakarta. Jumlah itu didapatkan dari jaringan 10 bank sampah berbasis pemberdayaan masyarakat, 5 tempat pembuangan sampah sementara, dan 10 pengepul, termasuk jaringan pengepul di Kepulauan Seribu. Karyanto mengatakan bahwa AQUA akan terus berupaya untuk meningkatkan jumlah penarikan sampah botol plastik untuk didaur ulang. “Daur ulang akan mengurangi laju sampah di landfill dan mengurangi sampah di lautan,” tambah Karyanto.   

Bekerja Sama dengan Berbagai Pihak dan Mendorong Partisipasi Masyarakat Luas

AQUA aktif menjalin kerja sama dengan pemangku kepentingan di bidang persampahan dan daur ulang termasuk dengan korporasi seperti PT Coca-Cola Indonesia, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Nestle Indonesia, PT Tetra Pak Indonesia, dan PT Unilever Indonesia melalui pembentukan PRAISE (Packaging and Recycling Alliance for Indonesia Sustainable Environment/Aliansi untuk Kemasan dan Daur Ulang bagi Indonesia yang Berkelanjutan). Aliansi ini mengusung konsep kerangka kerja tanggung jawab para pihak yang diperluas (Extended Stakeholder Responsibility - ESR). ESR menekankan tentang peran penting pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk menjalin kolaborasi dalam pengelolaan sampah. Setiap pihak memiliki peran dan tanggung jawab dalam siklus pengelolaan sampah mulai dari pembatasan timbulan, pendauran ulang, pemanfaatan kembali, hingga penanganan sampah yang meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir. Penanganan sampah merupakan rangkaian kegiatan yang panjang dan terlalu berat untuk dibebankan kepada satu pihak.

“Contoh praktek terbaik kolaborasi para pihak dalam pengelolaan sampah adalah apa yang kami lakukan di Bali,” kata Karyanto. Pada 19 Februari 2017 yang lalu AQUA dan Tetra Pak meluncurkan Drop Box, tempat sampah berbentuk kemasan produk botol dan kertas. Drop Box merupakan proyek kolaborasi kelompok kerja (Pokja) yang diinisiasi oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk mengurangi sampah kemasan di Bali. Pokja tersebut terdiri dari Pemda Kab. Sarbagita, Badung, Tabanan, Gianyar, Pemda Kota Denpasar, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO), restoran, Pengusaha Daur Ulang (Bali PET, Eco Jos, REPAL, dll.), LSM Eco Bali, Bank sampah, TPS3R, AQUA, dan Tetrapak.

Pemangku kepentingan menjalankan peran dan fungsinya masing-masing. Pemda memfasilitasi melalui peraturan tentang pengolahan sampah sementara produsen, dalam hal ini AQUA dan Tetra Pak memfasilitasi pembuatan Drop Box serta berkoordinasi dengan pelaku daur ulang sampah (Bali Pet dan Eco Bali) untuk mengangkut sampah kemasan terkumpul untuk didaur ulang. Pengusaha retail menyediakan tempat untuk meletakkan Drop Box di jaringan gerai serta mengedukasi konsumen yang berkunjung.

Drop Box sengaja dirancang dengan bentuk yang unik dan diletakkan di jaringan gerai retail untuk memudahkan dan membiasakan masyarakat membuang sampah kemasan pada tempatnya. Partisipasi aktif masyarakat tidak hanya membantu meniadakan sampah kemasan namun juga berdampak pada peningkatan tingkat pengumpulan sampah kemasan untuk didaur ulang. Masyarakat harus selalu dilibatkan dalam proses pengelolaan sampah, disamping itu, pemerintah dan swasta diharapkan untuk terus membangun kesadaran masyarakat melalui langkah yang kreatif dan inovatif. AQUA mendapatkan penghargaan dari KLHK untuk kategori Kinerja Pengurangan Sampah pada perayaan Hari Peduli Sampah Nasional 2017 atas upaya menyeluruh Perusahaan dalam menanggulangi sampah.