Optimalisasi Kemasan dan Pengumpulan Sampah Kemasan

Kerja Sama Danone-AQUA, Pemerintah, dan The Ocean Cleanup: Cegah Sampah Plastik Masuki Lautan dengan The Interceptor™ 001


published on November 08, 2019

Sungai berperan penting mengalirkan air ke tengah kehidupan manusia hingga ia bermuara di laut. Sayangnya, 80% sampah di lautan ternyata berasal dari 1000 sungai paling tercemar di dunia, salah satunya di Indonesia. Untuk itu, Danone-AQUA bekerja sama dengan organisasi asal Belanda The Ocean Cleanup melakukan riset pengumpulan sampah plastik di sungai menggunakan sebuah teknologi bernama The Interceptor™ 001. Kerja sama ini didukung oleh Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Pemerintah DKI Jakarta, dan Pemerintah Belanda.

The Interceptor™ 001 adalah mesin yang menangkap dan mengumpulkan sampah plastik yang terbawa aliran sungai sebelum sampah-sampah tersebut memasuki lautan. Mesin ini 100% bertenaga surya, mampu beroperasi tanpa menimbulkan asap dan suara bising, serta bisa terhubung dengan tim pengawas melalui internet.  Sampah-sampah yang telah ditampung oleh The Interceptor™ 001 kemudian dibawa ke pinggir sungai untuk dipilah dan didaur ulang. Saat ini, The Interceptor™ 001 beroperasi di Drainase Cengkareng (Cengkareng Drain), Pantai Indah Kapuk, Jakarta sejak April 2019.

“Agar sampah benar-benar hilang dari laut, kita harus membersihkan sampah plastik yang sudah ada di laut sekaligus ‘menutup keran’ sampah plastik, yaitu sungai, agar tidak ada lagi aliran sampah plastik masuk ke laut.” Ujar Boyan Slat, pemuda berusia 25 tahun pendiri dan CEO The Ocean Cleanup. Sebelum meluncurkan The Interceptor™, Boyan juga telah mengoperasikan System 001, teknologi pengumpul sampah di lautan. “Berdasarkan penelitian kami, Indonesia bisa mengalami dampak di berbagai bidang dengan kerugian mencapai 550 juta dolar jika tidak mencegah sampah memasuki lautan.” Lanjut Boyan dalam acara diskusi panel Innovation on Waste Management: River Plastic Interception di Jakarta pada 31 Oktober 2019.

   

Hasil Riset: Kenali Tipe Sampah Plastik

 Riset gabungan yang memanfaatkan The Interceptor™ 001 ini memiliki 3 tujuan: mengukur kuantitas dan tipologi sampah plastik, mengembangkan sistem pemilahan sampah plastik yang aman dan efektif, serta mengidentifikasi teknologi untuk daur ulang sampah plastik. Hasilnya, The Interceptor™ 001 menemukan bahwa hampir 60% sampah yang ditemukan di sungai adalah sampah organik, sementara sampah plastik sebanyak 37,8%.

Dari seluruh sampah plastik, 76% di antaranya adalah plastik sekali pakai, 8,8% adalah plastik kemasan makanan (multilayer), dan 6,5% gelas adalah plastik. Sisanya adalah plastik kemasan rumah tangga, sedotan, dan botol PET. Sayangnya, 20% sampah plastik di sungai ditemukan dalam keadaan kotor sehingga nilai ekonomisnya lebih rendah.

Selain mengidentifikasi karakteristik sampah, The Interceptor™ 001 terbukti telah mengurangi 60% sampah di sungai yang menuju laut. Mesin ini telah berhasil mengangkut sampah plastik dari sungai sebanyak 466kg/ hari atau sekitar 170 ton/ tahun. Hingga saat ini, sudah ada empat Interceptor™ di dunia: dua diantaranya telah beroperasi di Jakarta (Indonesia) dan Klang (Malaysia). Sistem ketiga akan segera ditempatkan di Can Tho yang terletak di Mekong Delta (Vietnam), dan sistem keempat akan ditempatkan di Santo Domingo (Republik Dominika).     

Komitmen Danone-AQUA dan Pemerintah

 Kerja sama ini bisa terlaksana atas komitmen multipihak yang memiliki visi serupa, di antaranya adalah Danone-AQUA dan sejumlah lembaga Pemerintah Indonesia yang meyakini prinsip circular economy; mengurangi sampah plastik serta menggunakannya sebagai sumber daya secara terus-menerus. “Pemerintah Indonesia punya target untuk mengurangi 70% sampah plastik di laut pada tahun 2025. Untuk itu, kita perlu memastikan agar sampah-sampah di sungai tidak masuk ke laut, salah satunya adalah melalui riset gabungan ini.“ ujar Asisten Deputi Bidang Pendayaan Iptek Kemenko Maritim dan Investasi, Nani Hendiarti.

Senada dengan pernyataan tersebut, Deputi Gubernur Provinsi DKI Jakarta Bidang Pengendalian Kependudukan dan Pemukiman, Ir. Suharti juga menyatakan dukungannya untuk proyek ini. “Sebenarnya, volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Indonesia per orang per hari masih berada di bawah negara-negara tetangga. Maka, persoalan bukan saja tentang mengurangi, tetapi juga mengelola sampah yang harus dilakukan melalui kolaborasi.” Ujar Ir. Suharti.

Ditemui di kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Tirta Investama (Danone-AQUA), Corine Tap menyatakan, sebagai merek kelahiran Indonesia dengan pengalaman lebih dari 46 tahun, AQUA selalu berinovasi dan berfokus pada aksi nyata. Salah satunya diwujudkan melalui kerjasama dengan The Ocean Cleanup. “Sejalan dengan komitmen kami untuk mengumpulkan lebih banyak dari yang kita produksi, tahun lalu, kami menjadi pionir dengan meluncurkan gerakan #BijakBerplastik dengan tiga pilar: pengumpulan sampah plastik, edukasi publik dan inovasi botol kemasan 100% daur ulang.”

 

Edukasi dan Kolaborasi Punya Peran Penting

Menurut Hamish Daud, selebriti dan Pendiri Indonesian Ocean Pride, edukasi berperan penting dalam pengolahan sampah terutama bagi wilayah yang terisolasi, tanpa internet dan kurang akses terhadap ilmu pengetahuan. “Edukasi merupakan salah satu pilar dalam komitmen #BijakBerplastik AQUA. Jika kita gabungkan semangat itu dengan teknologi dan wawasan Boyan, ini menjadi momen yang tepat bagi kita untuk memelihara sungai dan laut Indonesia. Selain itu, kita juga perlu menyesuaikan gaya hidup kita dan mengurangi pemakaian sampah plastik sekali pakai.” Ujar Hamish.  

Di saat yang sama Swietenia Puspa Lestari, pendiri Divers Clean Action, menyatakan bahwa kolaborasi dalam sistem dan inovasi multipihak ini bisa menjadi harapan baru bagi upaya pembersihan sungai dan laut di Indonesia. “Kalau hanya pemerintah saja, pihak swasta saja, atau pihak komunitas saja yang melakukan inisiatif ini sendirian, tentu kita tidak bisa mencapai target yang telah ditentukan. Kolaborasi adalah kuncinya.” Papar Swietenia.

Sejalan dengan keyakinan tersebut, Danone-AQUA telah bekerja sama dengan pemerintah, komunitas pemulung, bank sampah dan pemangku kepentingan lain, membentuk program untuk mengumpulkan 12.000 ton sampah setiap tahun melalui 6 unit daur ulang (RBU) yang dikembangan bersama partner lokal untuk kemudian diolah kembali menjadi bahan baku botol baru. “Danone-AQUA berharap untuk mewujudkan target kami di tahun 2025, yaitu mengumpulkan dan mengolah lebih banyak sampah plastik dibanding dengan yang digunakan, 100% menggunakan bahan-bahan yang dapat didaur ulang, digunakan kembali, atau dapat terurai, dan menggunakan lebih dari 50% bahan daur ulang pada botol kemasan kami,” ujar Corine.