Berawal dari keinginan agar masyarakat di sekitar lokasi operasionalnya mandiri secara ekonomi, Danone Indonesia membentuk sejumlah lembaga usaha lokal melalui program corporate social responsibility (CSR)-nya. Kini, tetangga Danone Indonesia di sejumlah daerah sukses menjadi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Manajer Program Pertanian dan Pengembangan Ekonomi Danone Indonesia, Budi Rahadjo yang akrab disapa Budjo, mengatakan pihaknya melakukan sejumlah upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui beragam program. Salah satunya melalui pengembangan ekonomi berbasis potensi lokal.
Pelaku usahanya pun beragam, mulai dari kaum lelaki, perempuan, hingga disabilitas.
“Dalam hal ini, Danone Indonesia berperan pada pembentukan dan penguatan kelembagaan ekonomi lokal bagi masyarakat dampingannya,” ujar Budjo, Jakarta.
Menurut dia, pada fase awal, warga yang menerima program pengembangan ekonomi akan diajak berhimpun dalam kelompok-kelompok usaha bersama (KUB). KUB ini mewadahi semua penerima manfaat program yang memiliki kegiatan serupa.
“Saat ini terdapat sekitar 100 KUB yang terbentuk di seluruh lokasi dampingan sekitar pabrik Danone Indonesia,” kata Budjo.
Dia pun mencontohkan KUB Batik Mendalan yang berada di sekitar Pabrik AQUA Keboncandi, Pasuruan, dan KUB KUE BASAH yang berada di sekitar Pabrik AQUA Langkat.
KUB ini juga bisa berupa kelompok tani. Misalnya di Desa Blederan, Wonosobo, Jawa Tengah. Di desa tersebut, Danone Indonesia memfasilitasi 15 kelompok tani yang keseluruhan anggotanya adalah perempuan bernama Kelompok Wanita Tani (KWT).
Mereka melakukan budidaya sayur mayur di sela-sela pemukiman dan menjadikan desanya sebagai destinasi wisata sayur.
“Kelembagaan ekonomi semacam itulah yang mewadahi pelaku UMKM dalam naungan program CSR Danone Indonesia. Melalui pertemuan pertemuan rutin di tiap kelompok, tim CSR Danone setiap pabrik serta tim Departemen Sustainable Development di kantor pusat Danone secara regular melakukan pendampingan,” tutur Budjo.
Menurut dia, pendampingan yang dilakukan berupa pelatihan tentang manajemen organisasi, teknis budidaya tanaman, pengenalan teknologi tepat guna, pengelolaan keuangan, kontrol kualitas produk, dan pemasaran produk. Juga pelatihan-pelatihan dengan tema yang spesifik sesuai dengan usaha produksi yang dilakukan oleh tiap kelompok.
Pada fase berikutnya, lanjut dia, kelembagaan lokal tersebut difasilitasi agar membentuk kelembagaan ekonomi yang lebih formal dengan cakupan layanan lebih luas, lintas desa dan lintas program. Misalnya koperasi atau lembaga ekonomi sejenis, yang memiliki struktur dan kelengkapan organisasi secara formal dan berbadan hukum.
Contohnya Asosiasi Komunitas Petani Alam Klaten (KOMPAK) di Klaten dan Himpunan Petani Organik Cianjur (HIPOCI) di Cianjur.
Koperasi dan asosiasi dipilih karena bentuk kelembagaannya dinilai paling sesuai untuk mewadahi pengembangan ekonomi masyarakat secara bersama-sama. Saat ini terhitung 12 koperasi yang sudah terbentuk untuk melayani pelaku UMKM dalam program CSR Danone Indonesia.
Program CSR Danone Indonesia juga dipadu-padankan dengan program pembangunan desa,sehingga terbentuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Dia mengungkap, ada 2 BUMDEs yang lahir dari program CSR Danone Indonesia hingga Juli 2020 ini. Keduanya adalah BUMDes di Desa Kemudo, Prambanan, Klaten dan di Desa Bongkasi Pertiwi yang berada di sekitar Pabrik AQUA Mambal, Bali.
“Saat ini juga terdapat banyak rintisan BUMDes yang sedang diupayakan agar mengarah pada pembentukan BUMDes. Tujuannya agar mereka siap dan mampu menjadi lokomotif usaha yang akan menarik gerbong UMKM yang terdapat di desa-desa dampingan Danone Indonesia,” tutur Budjo.
Namun, sambung dia, kegiatan pendampingan pengembangan ekonomi masyarakat yang diinisiasi melalui CSR Danone Indonesia, suatu saat harus berakhir. Pada fase inilah koperasi, asosiasi, BUMDes atau lembaga sejenis lainnya menjadi exit strategy bagi program pendampingan tersebut.
Lembaga-lembaga ekonomi lokal tersebut yang akan menerima estafet keberlanjutan kegiatan ekonomi pada periode berikutnya agar mampu menopang usaha para pelaku UMKM.
“Dengan pendekatan demikian, diharapkan program CSR yang dilakukan oleh Danone Indonesia dimanapun pabriknya berada, aktivitasnya akan tetap berlanjut sampai batas waktu yang tidak ditentukan agar terus memberikan manfaat bagi masyarakat yang berjalan atas keberdayaan lembaga ekonomi lokal tersebut secara mandiri,” tutup Budjo.