Setiap musim kemarau, desa-desa di Kecamatan yang terletak di lereng Gunung Merapi selalu mengalami krisis air bersih, termasuk Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten. Jarak desa ini dari puncak Gunung Merapi hanya sekitar 4 KM, menjadikannya desa tertinggi di Kabupaten Klaten. Mayoritas lapisan tanah atasnya berupa pasir, yang menyebabkan air hujan jatuh langsung masuk ke lapisan tanah di bawahnya. Akibatnya, tidak ada cadangan air yang disimpan untuk musim kemarau, sehingga warga mengalami kesulitan mendapatkan air bersih. Untuk memenuhi kebutuhan harian, warga membeli air dari pedagang keliling. “Biasanya warga membeli air dari bawah dengan harga Rp 200.000/tangki, dimana setiap tangki memiliki kapasitas 5000 liter” ujar Eko, salah seorang warga. Selain harganya yang lumayan mahal, sulitnya akses kendaraan untuk mengangkut air bersih pun menjadi kendala. Selain itu, warga juga memanfaatkan langsung air hujan dengan memasang sistem penadah air hujan (PAH) skala kecil untuk membantu mengurangi pembelian air. Namun jika musim kemarau berkepanjangan, warga mengandalkan bantuan air dari berbagai pihak, termasuk Pabrik AQUA Klaten yang menyalurkan bantuan air bersih melalui Palang Merah Indonesia (PMI).
Menurut Rama Zakaria, Stakeholder Relation Manager AQUA Klaten, masyarakat sebenarnya telah berupaya melestarikan sumber daya air, seperti yang dilakukan di Umbul Kalo Jeromah, Goa Lawa, dan Sapuangin. “Masyarakat telah berupaya menjaga kondisi lingkungan sekitar sumber air agar tidak rusak,” jelasnya. Masyarakat juga telah membuat peraturan dan tata kelola pengambilan air di sumber. “Misalnya di Umbul Jeromah, warga telah memasang meteran di pipa penyalur air untuk menentukan tarif air,” tambahnya. Namun kegiatan ini hanya bisa memenuhi kebutuhan air untuk warga di dua RW, padahal di desa ini terdapat 4 RW dengan total penduduk 1655 jiwa.
Menyadari bahwa kebutuhan air sangat vital bagi kehidupan, warga desa bersama dengan Pemerintah Kabupaten Klaten mengajak Pabrik AQUA Klaten turut berpartispasi mengatasi kendala tersebut. Berdasarkan letak geografis, jenis lapisan tanah dan bebatuan serta juga memperhitungkan potensi desa, Pabrik AQUA Klaten bersama dengan pemerintah kabupaten sepakat membangun Embung untuk menampung dan mengatur persediaan air hujan.
Pabrik AQUA Klaten menggandeng Fakultas Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk membangunan embung. Pembangunan embung dimulai pada kwartal pertama tahun 2016 dan selesai pada kwartal ketiga tahun yang sama. UGM berhasil membangunan embung seluas 0,6 ha dengan kedalaman 5 meter yang mampu menampung volume air hujan hingga 10.000 meter persegi. Standar kualitas yang diterapkan memastikan embung ini tidak akan mengalami longsor dan juga kebocoran. “Air hujan yang tertampung di embung akan menjadi air baku untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat,” Kata Rama “sehingga mereka tidak perlu harus membeli air,’ tambahnya.
Bersamaan dengan pembangunan, Pabrik AQUA Klaten juga menjalin kerja sama dengan Java Learning Center (Jevlec) Indonesia untuk membentuk lembaga pengelola pemanfaatan embung. Hal ini penting untuk menjaga keberlanjutan manfaatnya. Menurut Suryanto, Deputy Director Jevlec, embung memiliki dua manfaat sekaligus, yaitu manfaat atas air dan wisata. “Sebelum membangun embung, kami telah melakukan kajian lingkungan dan juga pemetaan potensi desa,” Jelas Suryanto. Dari pemetaan ini diketahui bahwa embung bisa mendukung potensi pariwisata yang ada. Dengan berlatar belakang pemandangan Gunung Merapi dan Gunung ijo, embung ini memiliki daya tarik pemandangan alam yang indah. Selain pemandangan, embung juga menawarkan edukasi tentang air melalui papan edukasi yang terpasang. “Tidak hanya itu, karena luas, embung ini bisa juga dimanfaatkan untuk tempat pagelaran musik,” kata Rama menambahkan. “Jadi pengunjung yang datang bisa dapat banyak hal tidak hanya menikmati pemandangan dan musik tetapi juga pengetahuan tentang air.”
Untuk mengelola potensi pariwisata, Javlec memfasilitasi masyarakat membentuk Kelompok Sadar Wisata (Mpok Darwis). Di wilayah ini telah ada tempat wisata alam seperti Goa Jepang, Dukuh Girpasang, jalur downhill-AM10 dan Jalur pendakian Sapu Angin menuju Merapi. Harapannya, Embung Tirta Mulya dapat semakin semakin menghidupkan potensi pariwisata Kecamatan Kemalang. “AQUA berharap bahwa keberadaan embung ini tidak hanya memenuhi kebutuhan primer, tetapi juga bisa mematik pertembuhan ekonomi dari berbagai sektor,” Kata Rama.