Sebagai Perusahaan yang memanfaatkan air tanah, AQUA Grup berkomitmen untuk menjaga kualitas, kuantitas dan keberlangsungan air demi keberlanjutan bisnis dan lingkungan. Komitmen tersebut diwujudkan dengan menjalankan program konservasi berbasis Sub DAS. Kegiatan yang dilakukan meliputi penanaman pohon, pembuatan lubang resapan biopori dan sumur resapan.
Sejak tahun 2011 hingga pertengahan 2016, AQUA tercatat telah menanam lebih dari 2,3 juta pohon di daerah tangkapan dan resapan air di wilayah operasionalnya dengan tingkat hidup mencapai 60%. Selain itu, juga telah terbangun 32.000 biopori dan lebih dari 850 sumur resapan yang dibuat bersama dengan masyarakat. Perusahaan juga telah berkomitmen menanam 240.000 pohon tiap tahunnya. Seluruh kegiatan yang dilakukan ini bertujuan meresapkan sebanyak mungkin air ke dalam tanah.
Untuk mengukur capaian program konservasi, AQUA berupaya mengetahui jumlah air yang berhasil diresapkan ke dalam tanah. Maka dari itu dijalinlah kerjasama antara AQUA dengan Intistut Pertanian Bogor (IPB) yang memperkenalkan software pemodelan SWAT (Soil Water Analysis Tools) untuk menghitung tingkat resapan air ke dalam tanah di daerah Mekarsari. Software ini membuat pemodelan di daerah resapan air (recharge area) AQUA berdasarkan data data tabular dan data spatial. Data tabular terdiri dari data curah hujan harian, data radiasi matahari, suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin. Data tabular lainnya adalah data karakteristik tanah di wilayah resapan air. Sementara data spasial meliputi peta tutupan lahan, peta jenis tanah dari puslitanah, peta topografi di wilayah resapan tersebut. Lebih dari itu, SWAT juga sudah memiliki data kemampuan resapan air dari semua jenis pohon termasuk umurnya.
Ada lima hal yang dihasilkan dari pengelolahan data tersebut, yang pertama adanya peta Hidrological Respon Unit (HRU) untuk menggambarkan tingkat resapan air di wilayah resapan. Keduaadanya peta yang memperlihatkan area yang tepat untuk meresapkan air melalui penanaman pohon. Ketiga adalah peta yang memperlihatkan area yang tepat untuk pembuatan sumur resapan, water pond (kolam air) dan biopori. Keempat adalah peta yang efektif untuk pembuatan DAM resapan air dan yang kelima adanya model standar yang ilmiah untuk menghitung tingkat resapan air di recharge area. “ Hasil analisis SWAT akan sangat membantu AQUA mengetahui informasi jumlah air yang diresapkan ke dalam tanah” tutur Dr. Nana M Arifjaya, Ahli Hidrologi, IPB yang juga menjadi Presiden SWAT Indonesia. Lebih dari itu, software ini juga bisa digunakan untuk merencanakan Program Konservasi. Oleh karena itu, AQUA berkomitmen untuk mengimplementasikan SWAT secara bertahap di seluruh pabriknya.