Air merupakan sumber daya alam melimpah yang dapat diperbarui melalui siklus air. Namun persediaan air bersih dapat terkuras oleh pencemaran melalui pupuk dan pestisida kimia yang digunakan dalam pertanian. Penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang tidak terkendali inilah yang melatarbelakangi AQUA dalam mengembangkan Program Pertanian Berkelanjutan di sekitar daerah operasional pabrik untuk melindungi kualitas sumber air.
AQUA mengajak masyarakat untuk mengaplikasikan budi daya pertanian ramah lingkungan melalui Program Pertanian Berkelanjutan dengan metode System of Rice Intensification (SRI). Apa yang membedakan metode SRI dengan metode lainnya? Metode SRI menekankan pada praktik pertanian organik dengan menggunakan pupuk dan pestisida organik. Apabila masih memerlukan pupuk kimia, penggunaannya pun diatur dalam takaran tertentu sehingga dapat meminimalisir risiko pencemaran air. Melalui praktik SRI, kita ini juga dapat mengurangi risiko penurunan kualitas tanah di daerah resapan air. Penggunaan air untuk irigasi diatur agar dapat sesuai dengan kebutuhan. Metode SRI juga mengatur pola tanam satu lubang satu benih yang dapat menghemat penggunaan benih serta memperluas lahan tanam.
Program yang baik ini tentu tidak akan efektif tanpa dukungan dari masyarakat. Oleh karena itu AQUA mendorong partisipasi aktif masyarakat agar mendukung pelaksanaan program ini melalui pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para petani. Pendidikan dikemas dengan bentuk sekolah lapang pertanian dengan SRI di lahan demplot dan pelatihan pengolahaan pupuk serta pestisida organik. Selain itu, AQUA juga menguatkan kelompok tani dan membuat koperasi petani untuk mendukung pasca panen dan pemasaran produk pertanian.
Di awal masa pelaksanaan program, banyak petani yang menolak sistem ini karena tidak ingin mengubah kebiasaan mereka. “Mereka tidak mau beralih karena biasanya hasil panen pada satu hingga tiga musim pertama akan menurun terlebih dahulu karena sedang terjadi penyesuaian kondisi ketika tanah tidak lagi menggunakan bahan kimia,” ujar Dian Savita Putri, Farming and Livehood Program Manager AQUA.
Seiring dengan berjalannya waktu, para petani mulai merasakan manfaat dari pertanian organik. “Manfaat yang paling dirasakan adalah berkurangnya pemakaian pupuk dan pestisida kimia yang berarti pengurangan biaya produksi,” tambah Dian. Selain itu, setelah tiga kali musim tanam, hasil panen meningkat dari 6 ton/Ha menjadi 7-8 ton/Ha tiap kali kali panen. Peningkatan hasil panen tersebut dipicu oleh membaiknya kualitas tanah setelah menggunakan pupuk dan pestisida organik.
Saat ini Program Pertanian Berkelanjutan telah diterapkan di beberapa daerah operasional pabrik AQUA. Di Klaten, program ini telah berlangsung sejak 2009, Di Mambal sejak tahun 2010, Cianjur sejak 2011, Wonosobo pada tahun 2012, disusul oleh Pandaan, Keboncandi, dan Manado pada tahun 2013. Tercatat 428 hektar lahan di sekitar pabrik AQUA telah menjadi kawasan pertanian ramah lingkungan. AQUA bersama para petani berkomitmen untuk terus memperluas wilayah pertanian berkelanjutan demi menjaga kualitas air bagi masyarakat.